- Permasalahan
- Di dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari kita sering menemukan tulisan kata tertentu secara berbeda. Ambilah contoh kata izin dan ijin serta asas dan azas. Kita tentu bertanya tulisan mana yang baku di antara keduanya itu.
- Penjelasan
- Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus kembali pada aturan pengindonesiaan kata asing.
Di dalam buku Pedoman Umun Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(PUEYD) dinyatakan bahwa ejaan kata yang berasal dari bahasa asing hanya
diubah seperlunya agar ejaannya dalam bahasa Indonesia masih dapat
dibandingkan dengan ejaan dalam bahasa asalnya. Kita mengindonesiakan
kata bahasa Inggris "frequency" menjadi frekuensi, bukan frekwensi,
karena ejaan dalam bahasa asalnya juga tanpa <w>. Memang, semula
kita menyerap kata itu dari bahasa Belanda. Namun, sesuai dengan PUEYD,
sekarang kita lebih mengacu pada bahasa Inggris yang penggunaannya lebih
meluas.
Kata-kata yang dicontohkan pada alenia pertama di atas bukan kata
yang berasal dari bahasa Inggris, melainkan kata yang berasal dari
bahasa Arab. Untuk dapat mengetahui penulisan kata-kata itu dalam bahasa
asalnya, kita harus melihatnya dalam bahasa Arab.
Apabila kita bandingkan antara lafal lambang bunyi bahasa Arab dan
lafal lambang bunyi bunyi bahasa Indonesia, kita melihat adanya
perbedaan-perbedaan yang cukup besar. Upaya terbaik untuk mengatasi hal
itu dalam pengindonesiaan kata bahasa Arab ialah mencarikan lambang
bunyi bahasa Indonesia yang paling dekat dengan lafal lambang bunyi
serupa dalam bahasa Arab. Atas dasar pertimbangan itu, huruf <zal>
( ذ )
diindonesiakan menjadi <z>, bukan <j>. Di samping itu, huruf <zai> ( ز )
diindonesiakan juga menjadi <z> karena kedua lafal lambang bunyi
itu dapat dikatakan sama. Berdasarkan penjelasan itu, penulisan yang
benar ialah < izin > (dengan <z>), bukan <ijin>
(dengan <j>). Kata itu di dalam bahasa asalnya ditulis dengan
<zal> seperti halnya kata zikir dan azan. Perhatikan tulisan ketiga kata berikut ini.
إذن -> izin ذكر -> zikir أذان -> azan
http://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_2
kita sering mengunakan kata ijin