Setiap kata yang dapat dikelompokkan dengan kata lain berdasarkan makna
umum disebut kata bersinonim. Kata-kata itu mengadung arti pusat yang
sama (denotasi), tetapi berbeda dalam nilai rasa (konotasi). Adapun
makna denotasi bersifat umum, harfiah, atau netral. Makna konotasi
mengandung emosi atau timbangan rasa yang bertalian dengan latar dan
suasana hati. Maknanya bersifat khusu, spesifik. Penguasaan kata
bersinonim, selain dapat menolong kita untuk menyampaikan gagasan umum,
juga membantu kita untuk membuat perbedaan yang tajam dan tepat makna
setiap kata. Misalnya, kata memandang, menatap, mengintip, melirik,
melotot, mengerling, dan mengeker sama-sama berasal dari makna denotasi
yang sama, yaitu 'melihat', tetapi berbeda makna konotasinya. Demikian
juga, kata meninggal (dunia), berpulang ke rahmatullah, gugur, dan
tewas, makna denotasi setiap kata itu sama, yaitu 'mati', tetapi makna
konotasinya berlainan. Tentu tidak gampang membedakan makna konotasi
setiap kata yang bersinonim. Untuk itu, perlu diperhatikan kesamaan
kelas katanya (adjektiva, nomina, verba) dan pengalaman kita terhadap
pemakaian setiap kata itu. Faktor itulah yang memberikan makna tambahan
terhadap denotasinya. Penutur bahasa yang baik tentu dapat membedakan
makna yang terkandung dalam kata melatih, menatar, menyuluh, dan
mendidik. Makna konotasi setiap kata itu berbeda, tetapi makna
denotasinya serupa: 'mengajar'. Kata mendidik, misalnya, menyiratkan
makna 'kasih sayang', sabar, 'hubungan yang akrab', selain 'menanamkan
moral dan ilmu pengetahuan', sedang melatih mengesankan 'memberikan
pengetahuan keterampilan tentang sesuatu'.
http://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_2